Postingan

Kebun Bibit di Maribaya

Gambar
Desa Maribaya di Lembang, terkenal akan usaha pembibitan tanamannya. Kebanyakan pekerja di kebun-kebun ini adalah ibu-ibu, mereka sangat sigap dan terampil mengembangkan bibit tanaman terutama sayuran, memasok bibit ke kebun-kebun sayuran di berbagai wilayah, bukan hanya di sekitar Lembang  tetapi hingga Jakarta dan Jawa Tengah. Mari sejenak kita tengok kegiatan mereka melalui foto-foto ini. Pagi masih berkabut ketika ibu-ibu berangkat bekerja di Desa Maribaya Lembang. Mereka berangkat dalam rombongan kecil, kostum kerja dikenakan sejak dari rumah. Perjalanan di tempuh dengan berjalan kaki, meskipun kebun-kebun tempat  mereka bekerja terletak cukup jauh dari tempat tinggal. Melintasi kebun sayuran sawi putih dan pak choi yang baru dipanen. Ibu Epon mempersiapkan bibit horenso (bayam Jepang) yang siap dikirim ke petani sayur Bibit horenso yang masih berumur kurang dari seminggu. Wadah tanaman bibit dibuat dari daun pisang.   Labu Jepang,

Cotton Tenants

Gambar
Saya suka penasaran pada "naskah terpendam". Naskah yang publikasinya tertunda hingga puluhan tahun setelah ia pertama dituliskan. Contohnya novel Marah Rusli yang berjudul "Memang Jodoh". Novel ini baru terbit setelah berlalu 50 tahun sejak naskah dituliskan. Saya suka memperhatikan gaya bahasa dalam naskah terpendam, istilah yang dipakai, yang bisa jadi terasa jauh beda dengan kelaziman sekarang, dan tentu saja relevansi kontennya dengan masa sekarang. Belum lama ini saya menemuk an satu buku lain yang semacam itu: "Cotton Tenants: Three Families." Ceritanya pada 1936, majalah Fortune menugaskan penulis/penyair James Agee dan fotografer Walker Evans untuk membuat laporan tentang kehidupan petani kapas di Alabama. Mereka menghabiskan waktu dua bulan tinggal bersama keluarga-keluarga di sana dan menghasilkan laporan sepanjang 30.000 kata. Akan tetapi majalah Fortune batal menerbitkan laporan tersebut. Mungkin, seperti banyak

Lawatan ke Ciptagelar

Gambar
Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi adalah salah satu masyarakat adat dengan tradisi yang sangat erat terkait dengan padi. Di Kasepuhan yang telah berusia sekitar enam ratus tahun ini, sepanjang tahun ada   kurang lebih 58 ritual, sebagian besar terkait kegiatan menanam, memanen, mencicipi, mengolah padi. Budaya padi begitu luhur sehingga ada pantangan tidak boleh memperjual-belikannya. Semua hasil panen sawah milik warga disimpan di lumbung-lumbung sekitar tempat tinggal mereka. Kasepuhan Ciptagelar dengan demikian mampu berswasembada dan memiliki cadangan beras hingga puluhan tahun ke depan. Saya berkesempatan mengunjungi kesepuhan pimpinan Abah Ugi ini pada 11-13  Agustus 2017. Bersama tim penyelenggara opentrip dari Lokali, saya datang pada masa yang kebetulan bertepatan dengan pelaksanaan salah satu kegiatan tahunan, yakni Ponggokan atau Serah Jiwa. Kegiatan ini semacam sensus penduduk untuk mendata jumlah seluruh keluarga, harta, padi, mesin yang ada di seantero kasepuhan dan k