Postingan

Menampilkan postingan dari 2007

Rentetan tugas

Kuliah sudah berakhir. Lega rasanya, meskipun saya selalu bilang dua semester yang baru berlalu itu lebih terasa seperti "kuliah-kuliahan" saja. Sekarang hanya tersisa beberapa tugas, yang entah kapan akan bisa saya selesaikan. Makalah media literasi, terjemahan bab-bab dari buku Ray Pryterch, dua tugas kelompok dari Bu Ninis, dan yang paling gak niat untuk saya kerjakan: program pendidikan pemakai dari Bu Wina. O ya, satu lagi yang paling penting, proposal penelitian. Entah mana yang mesti saya prioritaskan. Saya sering kali mengeluhkan ketidakmampuan saya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus. Bekerja paralel selalu pada akhirnya membuat saya menelantarkan pekerjaan yang saya anggap kurang mengasyikkan, lebih sulit, dan bisa ditunda. Pada akhirnya saya bakal menggarap hanya satu pekerjaan hingga tuntas, baru beralih pada pekerjaan lain. Maka kali ini pun saya tidak yakin akan bisa mengerjakan beberapa tugas sekaligus. Saya mungkin bisa memulai dari proposal peneli

Saat untuk berubah

Maka tibalah saat ketika risiko yang ditanggung bila tetap terselubung erat di dalam tunas lebih menyakitkan daripada risiko yang ditanggung bila mekar -- Anais Nin.

Kompetisi?

Kasihan betul anak-anak zaman sekarang. Orangtua mereka getol sekali berkompetisi, bukan atas nama mereka sendiri, tapi mempersaingkan anak-anak mereka dengan anak-anak lain. Barangkali para orangtua itu kurang berhasil dalam bersaing dulunya, jadi ketika mereka mendapati anak-anak mereka begitu manis dan lucu, keyakinan dirinya untuk berkompetisi lantas naik. Dan diikutkannyalah anak itu dalam kompetisi untuk membuat bayi tersenyum, tertawa, berbicara, berjalan, latihan menggunakan toilet, bahkan dalam ujian masuk pra-sekolah. Ada baiknya kita perhatikan kata Penelope Leach, seorang psikolog anak, berikut ini: "Perkembangan anak merupakan sebuah proses, bukan perlombaan … Kita bersikap seolah-olah anak yang bisa berjalan paling awal akan berjalan paling cepat, seolah-olah kata-kata pertama yang dia ucapkan merupakan pertanda bagi kalimat-kalimat bermakna yang akan diucapkannya nanti, dan seakan-akan prospek anak-anak sebagai seseorang yang cerdas, mandiri dan bersosialisasi bisa