Postingan

semangat itu, seperti keimanan, bisa naik turun. kemarin saya memiliki keyakinan seorang prajurit untuk terus maju. untuk tidak mudah menyerah berhadapan dengan keterbatasan, bahkan rasa mustahil. saya tahu, saya akan kehilangan bara semangat itu jika saya tidak segera menyambutnya dengan tindakan, layaknya saya membiarkan nyala kecil ditiup angin. saya mesti menjaganya biar tetap menyala, membesar dan membuahkan hasil. pagi ini saya bangun agak terlambat. sedikit rasa pesimis menyelinap, apakah saya akan benar-benar mampu membuat perbedaan satu tahun dari sekarang. perubahan itu dibuat dari hari ke hari. tapi saya rasanya menghadapi hari-hari yang sama selalu. kapan saya bisa berbeda?
siang ini saya bersepeda keluar semata-mata demi alasan menyegarkan pikiran. saya merasa sumpek siang ini karena runtutan peristiwa virtual di milis asah dan kegundahan saya sendiri yang masih belum melihat cahaya terang di ujung terowongan ini. saya melewati jalan nokodaidori. saya tidak merencanakan rute, hanya membiarkan kaki mengayuh dan mengantar saya ke sebarang tempat. semacam freewriting, ini adalah freeride. ternyata saya melalui tempat-tempat yang paling biasa saya lewati dalam keadaan tidak direncanakan itu.waktuu tiba dekat kuriyama koen, saya mengarahkan secara sadar. saya harus menghindari koen itu supaya hanifa tidak menuntut untuk mampir ke sana. saya lewat rumah-rumah dan gang kecil di belakang inageya. daerah yang belum pernah saya datangi. di sana ada kebun bonsai. satu halaman luas yang dipenuhi meja berisi pohon-pohon kerdil yang berusia tua. saya tidak berani terlalu jauh, saya kembali berbalik lewat jalan yang lain dan akhirnya mampir ke nagasakiya. ternyata free
hari ini pembukaan pameran buku tokyo. hujan. saya akan datang, berangkat dari rumah pukul sepuluh. seingat saya hari pertama pameran itu selalu hujan, sejak saya pertama menghadirinya tahun duaribu. stephen wolfram, seorang jenius. umur lima belas dia sudah menulis makalah ilmiah di sebuah jurnal. umur dua puluh dia sudah menyelesaikan phd. dia kini berumur empat puluhan, pelopor studi ttg automata, merancang software mathematica. dia berkeyakinan seluruh alam semesta pada akhirnya dapat diformulasikan dalam sebauh persamaan matematika. kalau dia berhasil menemukan itu dia tentu akan setara dengan einstein dalam ingatan umat manusia. mas budi pesan mencarikan buku panduan mathematica yang ditulis wolfram di pameran buku. tapi saya tidak berhasil menemukannya. saya menghabiskan sebagian besar waktu saya di pojok bargain buku asing itu dalam kunjungan tadi pagi. hampir tiga jam saya berada di ruang pameran. saya kira hany lima belas menit saya melewatkannya di luar pojok itu, wakt
sebuah hari baru, lagi. ketika hari masih pagi saya begitu penuh pengharapan. saya mengira hari ini akan ada kesempatan bagi saya untuk melakukan sesuatu yang besar. sesuatu yang akan mengubah hidup saya, sebuah belokan dari jalur yang telah saya tempuh selama ini. saya membayangkan di hadapan saya terbentang kesempatan itu, menunggu saya mendatanginya dan melakukan keajaiban. masuk tengah hari pengharapan itu belum tampak wujudnya. saya seperti menunggu untuk menggerakkan diri ke sana tapi begitu banyak kesibukan dan urusan lain yang menyita perhatian dan tenaga saya. pelan-pelan saya merasakan pudarnya harapan besar pagi tadi. ketika matahari beranjak turun dari puncak langit, saya kembali ke keadaan yang sama seperti hari sebelumnya. hari ini ternyata bukan kesempatan bagi perubahan besar itu. saya mesti menunggu esok lagi. malam ingin cepat dikejar agar saya segera tiba di pagi yang penuh harapan. bumi terus berputar. hari ini berulang, seragam. membentuk tahun, menambah um

Bahasa dan Kekerasan

Anak salah seorang teman saya sangat senang memukul. Orang bilang anak itu seperti gatal tangannya kalau tidak diayunkan untuk memukul anak lain. Saya lihat di antara anak-anak teman saya, hanya dia yang berperilaku seperti itu.  Anak itu berusia dua tahun, belum bisa bicara dan masih ngedot botol susu. Saya menduga, dia suka memukul karena kurang diajak bicara. Selain juga, barangkali, karena mendapat contoh dari orangtua.  Pemicunya, seperti biasa di antara anak-anak, adalah rebutan mainan. Jika tidak diberi, tangannya dengan cepat memukul kawannya dengan bertubi-tubi. Kawan yang dipukulinya sudah menangis hebat ketika ibu si anak itu datang melerai.  Apa yang dilakukan si ibu setelah itu? Dia menjewer telinga anaknya dan menyuruh dia minta maaf. Anak itu akan datang kepada kawannya yang sudah berurai airmata dan lelehan ingus itu, mendekatkan muka ke wajah yang meringis itu sambil bilang gomen ne , bahkan kadang mencium pipi kawannya yang menangis.  Orang-orang dewasa di sekitarnya
waktu selalu terasa semakin habis dan tidak cukup kalau kita tidak mengerjakan sesuatu yang semestinya kita kerjakan. saya kira cara pandang tentang waktu ini ada hubungannya juga dengan sikap pesimis dan optimis. bagi seorang pesimis, gelas terlihat setengah kosong, si optimis melihatnya setengah berisi. pandangan gelas setengah kosong itu terlihat di mana-mana. rusak sedikit dianggap rusak besar dan sebuah barang lantas dibuang karenanya. bunga yang sedikit layu dianggap tidak indah sama sekali lantas dicabut dan dibuang, padahal dengan sedikit perawatan dan kesabran bunga itu bisa tumbuh sehat dan cantik kembali. saya sering mendapatkan diri saya berada dalam sisi pengamat gelas setengah kosong. saya anggap setengah jam terlambat dari biasanya sebagai sebuah kegagalan dan memutuskan untuk tidak memulai sama sekali. sebuah kotak bento yang retak tutupnya sebagai benda yang tak lagi bisa dipakai. saya sering memandang sesuatu yang kurang sempurna, sesuatu yang tidak utuh sebagai ti