Postingan

Konsultasi dengan Tjok Gde Kerthyasa

Gambar
Selasa lalu (6 Maret 2012) saya berkesempatan untuk berkonsultasi langsung tentang masalah kesehatan anak-anak dengan ahli homeopathy dari Bali, Tjok Gde Kerthyasa . Penonton acara Nature Life di TransTV tentu telah mengenalnya sebagai host acara itu. Tjok Gde datang ke Bandung dalam rangka survei lokasi shooting untuk acara tersebut, dan di sela kesibukannya menyempatkan mampir ke Mizan hari itu. Dalam pertemuan singkat dengan redaksi Mizan, Tjok Gde  yang kini sedang menjalani studi pascasarjana di New England University, Australia, menceritakan latar belakang ketertarikannya pada homepathy. Salah satu yang mendorongnya mendalami ilmu pengobatan yang lebih natural ini adalah keinginannya untuk memberikan pengobatan alternatif pada anaknya yang didiagnosis dokter mengidap bronkhitis pada usia 5 bulan. Tjok Gde menemukan jawabannya pada homeopathy dan sejak itu terus mendalaminya, hingga menjadi seorang ahli seperti sekarang. Hingga kini, anaknya yang telah berusia 10 tahun

Ketika sakit ..

Gambar
Sudah lama virus flu tidak datang menghinggapi. Sekarang mereka melepas rindu dengan menggebu. Hampir seminggu ini pilek, bersin dan sakit kepala setia menemani, akhirnya hari ini saya menyerah, minta libur dari kantor untuk beristirahat.  Setumpuk komik Tintin untuk melewatkan Jumat pagi yang terasa sepi selepas anak-anak berangkat sekolah diantar ayahnya. Tak jauh-jauh dari ponsel, remote control dan iPad. Pagi ini saya kembali nonton Michael Jackson This Is It, untuk keempat kalinya, di saluran Fox Movies Premium. Tak bosan melihat sang Raja Pop lincah menari dan mengarahkan kru pementasannya dengan penuh perhatian dan rendah hati. Camilan harus sehat selama sakit, saya memilih jeruk, keju dan biskuit gandum. Untuk makan siang, pesan delivery bento dari Gokana.  What a sloooow day.

Kolase 2011

Gambar
Ini adalah kolase hasil jepretan favorit saya sepanjang tahun 2011. Kategori Potret Sering kali momennya datang tak terduga, tak direncanakan. Hanya kebetulan siap pegang kamera, tanpa mengatur gaya dan menginstruksikan apa-apa kepada objek foto. Dengan sedikit sentuhan finishing untuk memperkuat kontras gelap-terang, jadilah foto-foto yang buat saya pribadi terasa memuaskan.   portrait Kategori Still-Life Untuk kategori ini butuh banyak ide, kreativitas, dan menerapkan teori tentang pencahayaan, komposisi dan  teknik fotografi. Tidak seperti kategori potret candid yang momennya tak bisa diulang, untuk kategori ini satu set sering kali perlu difoto ulang sampai puluhan kali dengan seting dan komposisi berbeda. Eksperimen, eksperimen, eksperimen. Itu kuncinya. Hasilnya masih jauh dari  memuaskan, tapi prosesnya sangat menyenangkan. still life Kategori Flora dan Fauna Kamera yang saya gunakan adalah jenis compact dan DSLR dengan lensa kit 18-55mm, jadi hasil jepretan di k

Mencicipi 12 Steps to Compassionate Life (Karen Armstrong)

Buku yang sangat mengesankan ini diterbitkan Mizan pada 2011. Berbeda dengan buku-buku Karen Armstrong terdahulu, kali ini penulis produktif itu tampil seperti seorang guru bijak spriritual, bukan lagi seorang sejarawan agama-agama. Agaknya mantan biarawati dan presenter BBC ini tidak lagi dapat menahan daya tarik untuk masuk membenamkan diri ke dalam kolam yang selama ini dia amati dari luar. Berikut empat dari dua belas langkah meditatif yang dianjurkannya  untuk mentransformasi diri kita menjadi individu yang compassionate: Langkah 1  Belas kasih menuntut kita untuk membuka hati dan pikiran bagi semua orang lain. Kita harus memiliki "kepedulian untuk semua orang" dan melakukan upaya untuk memperluas kebaikan kita agar menjangkau dunia terjauh. Dengan membuka diri terhadap tradisi dan agama berbeda dalam pikiran Anda, Anda mulai menghargai persamaan yang ada di antara banyak umat manusia, apa pun budaya dan kepercayaannya. Luangkan diri untuk mencari tahu tentang ca

[Photoblog] Cerita Lain dari Ubud

Gambar
Pada 7-9 Oktober 2011, saya berkesempatan berkunjung ke Ubud untuk mengikuti Ubud Writers and Readers Festival, kegiatan sastra setahun sekali yang menghadirkan penulis dari berbagai negara untuk bertemu dan berbagi pengalaman dengan pembaca. Di sini, para penulis menikmati "momen selebritas", karya mereka diapreasiasi, pembicaraan mereka disimak dengan antusias, tanda tangan mereka dicari, dan kehadiran mereka dinantikan oleh rombongan fans. Di antara para  penulis yang hadir tahun ini adalah Agustinus Wibowo, Izzeldin Abuelaish, Tariq Ali Alexander McCall Smith, Alice Sebold, Alberto Manquel, DBC Pierre, Paul Kelly, Professor Tim Flannery, Alex Miller, Dr Izzeldin Abuelaish, Andrea Hirata, Tariq Ali, Glen David Gold, Trinity (the naked traveler), Benjamin Law, Putu Wijaya, Juan Gabriel Vasquez, Corinne Grant, Peta Mathias dan the Cambodian Space Project. Saya dan teman-teman menginap di Yulia's Inn. Saat baru tiba di penginapan yang terletak di jalan Monkey Forest i

Buah Tangan dari UWRF 2011

7 Oktober  Junot Diaz urung ke Ubud. Demikian kabar yang saya dapat dari panitia di ticketbox UWRF saat pertama tiba di lokasi. Sejenak saya tertegun, seolah semua rencana buyar lantaran berita itu. Memang, saya datang ke Ubud pada hari ketiga pelaksanaan UWRF tahun ini dengan jadwal utama menghadiri program yang menampilkan penulis Amerika asal Dominika itu. Edisi Indonesia bukunya yang memenangi hadiah Pulitzer untuk Fiksi pada 2008, A Brief Wondrous Life of Oscar Wao , baru saja diterbitkan Mizan untuk mengejar momen kehadirannya di festival tahunan ini. Sayangnya, Diaz mengalami sakit punggung pada menit-menit terakhir sebelum keberangkatan. Pembatalan kunjungannya memang sangat tiba-tiba. Tapi tak mengapa. Ada puluhan program lain dalam rangkaian acara UWRF untuk menggantikannya. Maka, siang itu saya bersama dua orang teman memilih ikut workshop literary criticism yang dipandu Rebecca Starford, seorang kritikus sastra Australia. Pesertanya sepuluh orang, lima dari Australia, l