Postingan

Caio Mario Garubba dan Mei Mei

Gambar
Pada bulan ini saya mendapatkan dua buku foto tentang Cina dalam waktu berdekatan. Yang pertama adalah Il Cinesi Nel 1959 karya Caio Mario Garruba, yang kedua Mei Mei Little Sister: Portraits From a Chinese Orphanage karya Richard Bowen. Cina tahun 1959 adalah negara yang sedang bergumul dengan revolusi di bawah pimpinan Mao. Sulit diakses orang luar, tak banyak yang bisa melihat negeri itu dari dalam. Foto-foto Caio adalah di antara yang pertama mendapat kesempatan langka berada di tengah masyarakat Tiongkok pada masa-masa itu. Banyak foto diambil di Lapangan Tiananmen Beijing, pelabuhan Shanghai, rekaman aktivitas masyarakat di Wuhan, Nanjing, Chongqing, dan beberapa tempat yang tak diidentifikasi. Tiongkok tergambar di buku foto ini sebagai tempat penuh massa, bergerak dalam ritme massal, kuat dalam tradisi, seni, dan ragam aktivitas pekerjaan. “Caio Mario Garrubba – I cinesi nel 1959” Richard Bowen memotret anak-anak yatim Cina di 15 panti asuhan. Sejak kebijakan

Komunitas Reptil Bandung

Gambar
Bandung  menyandang gelar kota kreatif. Salah satu cirinya adalah keberadaan berbagai wadah untuk menampung segala macam aktivtas yang menarik warganya. Hari minggu yang lalu, di Taman Cilaki, saya melihat salah satu komunitas unik yang berkumpul di sana untuk menyalurkan hobi mereka yang bagi saya tidak biasa: memelihara reptil. Ular, buaya, biawak, beragam bunglon, juga kura-kura. Anak-anak muda yang tergabung dalam wadah ini punya misi meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang pentingnya reptil dan ekosistemnya, menentang eksploitasi reptil untuk kepentingan bisnis, memperkenalkan reptil kepada anak-anak/ Berikut beberapa foto kegiatan mereka waktu itu. Komunitas Reptil Bandung didirikan tahun 2009 Anak-anak mengerubungi bearded dragon dengan tatapan takjub dan ingin tahu. Takut tapi ingin tahu Ular tidak perlu ditakuti. Reptil bisa menjadi binatang peliharaan yang lucu dan menghibur Tidak semua ular berbisa dan berbahaya. Dalam forum

Kebun Bibit di Maribaya

Gambar
Desa Maribaya di Lembang, terkenal akan usaha pembibitan tanamannya. Kebanyakan pekerja di kebun-kebun ini adalah ibu-ibu, mereka sangat sigap dan terampil mengembangkan bibit tanaman terutama sayuran, memasok bibit ke kebun-kebun sayuran di berbagai wilayah, bukan hanya di sekitar Lembang  tetapi hingga Jakarta dan Jawa Tengah. Mari sejenak kita tengok kegiatan mereka melalui foto-foto ini. Pagi masih berkabut ketika ibu-ibu berangkat bekerja di Desa Maribaya Lembang. Mereka berangkat dalam rombongan kecil, kostum kerja dikenakan sejak dari rumah. Perjalanan di tempuh dengan berjalan kaki, meskipun kebun-kebun tempat  mereka bekerja terletak cukup jauh dari tempat tinggal. Melintasi kebun sayuran sawi putih dan pak choi yang baru dipanen. Ibu Epon mempersiapkan bibit horenso (bayam Jepang) yang siap dikirim ke petani sayur Bibit horenso yang masih berumur kurang dari seminggu. Wadah tanaman bibit dibuat dari daun pisang.   Labu Jepang,

Cotton Tenants

Gambar
Saya suka penasaran pada "naskah terpendam". Naskah yang publikasinya tertunda hingga puluhan tahun setelah ia pertama dituliskan. Contohnya novel Marah Rusli yang berjudul "Memang Jodoh". Novel ini baru terbit setelah berlalu 50 tahun sejak naskah dituliskan. Saya suka memperhatikan gaya bahasa dalam naskah terpendam, istilah yang dipakai, yang bisa jadi terasa jauh beda dengan kelaziman sekarang, dan tentu saja relevansi kontennya dengan masa sekarang. Belum lama ini saya menemuk an satu buku lain yang semacam itu: "Cotton Tenants: Three Families." Ceritanya pada 1936, majalah Fortune menugaskan penulis/penyair James Agee dan fotografer Walker Evans untuk membuat laporan tentang kehidupan petani kapas di Alabama. Mereka menghabiskan waktu dua bulan tinggal bersama keluarga-keluarga di sana dan menghasilkan laporan sepanjang 30.000 kata. Akan tetapi majalah Fortune batal menerbitkan laporan tersebut. Mungkin, seperti banyak

Lawatan ke Ciptagelar

Gambar
Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi adalah salah satu masyarakat adat dengan tradisi yang sangat erat terkait dengan padi. Di Kasepuhan yang telah berusia sekitar enam ratus tahun ini, sepanjang tahun ada   kurang lebih 58 ritual, sebagian besar terkait kegiatan menanam, memanen, mencicipi, mengolah padi. Budaya padi begitu luhur sehingga ada pantangan tidak boleh memperjual-belikannya. Semua hasil panen sawah milik warga disimpan di lumbung-lumbung sekitar tempat tinggal mereka. Kasepuhan Ciptagelar dengan demikian mampu berswasembada dan memiliki cadangan beras hingga puluhan tahun ke depan. Saya berkesempatan mengunjungi kesepuhan pimpinan Abah Ugi ini pada 11-13  Agustus 2017. Bersama tim penyelenggara opentrip dari Lokali, saya datang pada masa yang kebetulan bertepatan dengan pelaksanaan salah satu kegiatan tahunan, yakni Ponggokan atau Serah Jiwa. Kegiatan ini semacam sensus penduduk untuk mendata jumlah seluruh keluarga, harta, padi, mesin yang ada di seantero kasepuhan dan k

MILK AND HONEY (by Rupi Kaur)

Gambar
Anak saya yang minta dibeliin buku ini. Tapi entah kenapa dia ga jadi membacanya. Dibiarkan tergeletak di meja saya. Akhirnya saya yang baca, saat santai sebelum tidur semalam. Mungkin dia tidak suka melihat sketsa pertama yang dijumpainya. Bait puisi di tengah bukaan paha. Ini buku puisi dan prosa pendek. Isinya curhat remaja. Catatan personal singkat-singkat, diimbuhi beberapa sketsa pensil di hampir setiap halaman. Banyak ruang kosong untuk m enarik napas. Lumayan ada kedalaman di beberapa tempat, tapi sebagian sangat besar adalah kegalauan remaja  dalam urusan cinta, pergaulan sebaya, hubungan dengan orang tua (terutama ayah dengan anak perempuan), dan mau apa dengan hidupnya.   Hal lain yang menarik bagi saya adalah bahwa buku ini pertama kali diterbitkan sendiri oleh Rupi Kaur pada November 2014, lalu segera menjadi best-seller memuncaki daftar buku terlaris di Amerika Utara. Akhirnya penerbit Andrews McMeel meliriknya dan menerbitkan kembali pada Oktober 2015.